DZIKRUL
GHOFILIN Artinya : Dzikirnya / ingatnya orang-orang yang lupa
dengan ALLOH, Untuk orang-orang yang senang/ ingin bisa dikumpulkan dengan
para kekasih ALLOH ( auliya’ ) dan orang-orang sholeh di akherat
kelak. Dari judul yang begitu indah dan mempesona maka siapa orangnya yang
tidak senang ikut masuk golongannya?…..Akan tetapi sebelumnya harus tahu
persisnya dulu tentang hal ikhwalnya wirid DZIKRUL GHOFILIN ini apa ? Dan bagaimana
? betul apa hanya mainan yang menjadi kemusykilan dan lain lain, Maka marilah
dihayati dalam tulisan ini, semoga kita diberi Hidayah dan Taufiq menuju
kebenaran dan semoga tulisan ini oleh ALLOH diberi kebenaran dan bisa
bermanfaat yang sebanyak-banyaknya dengan lantaran berkah dan derajat para
insan agung ( auliya’ ), Amin……..Jika sudah begitu kita perlu menghubungkan
diri dengan para Auliya’, Ulama’ dan Sholikhin baik yang masih hidup
atau yang sudah wafat (al Markhumin wal Maghfurin ) dengan cara berziarah,
berhadiyah Fatikhah dan lian lain, Kemudian kita juga berusaha memperbaiki dan
meningkatkan pribadi kita masing-masing dengan cara mengetahui dan meniru
perjalanan orang-orang agung tersebut. Andaikata kita betul-betul mau
mengaitkan diri dan memperhatikan perjalanan beliau-beliau, INSYALLOH kita akan
menemukan jalur untuk kita berjalan yang semestinya menuju ALLOH, Karena
memang merekalah para pewaris Nabi yang oleh ALLOH dipercaya
penuh untuk segenap ummat manusia di dunianya dan diberi fasilitas bisa memberi
syafaat kelak diakherat, Dan semoga kita sekalian diakherat nanti dikumpulkan
menjadi golongannya, bisa masuk surga tempat yang abadi dengan bisa melihat
ALLOH Tuhan yang maha perkasa dan maha bijaksana, Amin yaa Robbal ‘alamin.
Wirid DZIKRUL
GHOFILIN itu isinya berupa bacaan-bacaan yang untuk beribadah, munajat/
berbisik, menghadapkan diri dan berdo’a dihadapan ALLOH dzat yang
maha kuasa dengan merendahkan diri, merasa serendah-rendahnya, tawadhu’, khudu’,
tadhorru’ , khusyu’, adalah merupakan suatu senjata yang ampuh yang sangat kita
butuhkan untuk meminta apa saja.
Adapun pokok
isinya yang paling banyak adalah bacaan /membaca surat Al Fatikhah seratus kali
( 100 x ) yang sebetulnya bacaan ini sangat tidaklah asing dijalankan oleh
orang-orang agung ( auliya’ ) zaman dahulu, Dan juga beberapa hadiyah Fatikhah
kepada para leluhur orang-orang agung yang menjadi panutan kita, Terus
disempurnakan atau diselingi dengan Asma’ul khusna, Istighfar, Sholawat dan
Tahlil.
Membaca Al
Fatikhah seratus kali ( 100 x ) adalah amalan-amalan atau wiridnya Al Maghfurlah
Simbah Kyai H. Abdul Hamid Pasuruan Rokhimahulloh ( beliau dimasa
hidupnya adalah orang yang sangat masyhur kewaliannya dan menjadi jurusan /
tempat kembali ummat sangat tidak asing, Dan setelah wafatnya maqomnya selalu
ramai diziarahi). Dan wiridnya beliau Al Maghfurlah KH. Achmad Qusyairi (
pasuruan ) bin KH. Shiddiq Jember pengarang kitab Tanwirul Hija ( nadzomnya
SafinatunNaja ) kitab ilmu Fiqh yang sangat terlaku sebagai pelajaran anak-anak
kita di bumi jawa khususnya. Lalu oleh Mbah KH. Abdul khamid amalan-amalan ini
diharapkan supaya dilanjutkan oleh panutan kita KH. Khamim Jazuli ( Gus
Miek ) putra KH. Utsman Jazuli dari PONPES “AL FALAH” Ploso
Mojo Kediri Jawa Timur ( seorang yang terbiasa berkomunikasi dengan para
Auliya’illah ) dan terkenal sangat unik perilakunya, serta masyhur kewaliannya
dan menjadi panutan / tempat kembali orang banyak diantara kita semasa
hidupnya, Dan kemudian dikembangkan oleh KH.Achmad Shiddiq Jember Rois ‘Am
Jam’iyyah Nahdhotul ‘Ulama’ ( Tahun 1984- 1994 ), Jadi DZIKRUL GHOFILIN adalah
hasil rangkuman orang mulya ( ‘indalloh ) tiga itu.
Lalu do’a
diakhir Dzikrul Ghofilin yang berupa syi’irnya Syaikh Achmad bin Sumaith : SA-ALTU
ROBBII SHIKHKHATAL QOLBI WAL JASAD dan seterusnya. Ini disamping amalannya
KH.Achmad Qusyairi juga amalannya Khadhrotusy Syeikh KH. KHOLIL Bangkalan
Madura gurunya para guru tertua kita yang agung-agung seperti KH. Shiddiq Jember,
KH.Manaf / ‘Abdul Karim Lirboyo Kediri ( semoga para beliau mendapatkan
limpahan Rakhmat dari ALLOH dan memberkahi kita semua fiddun-ya
wal-akhiroh ).
Tentang
mewiridkan membaca Fatikah 100 x ini sebetulnya tidak asing
dijalankan/diamalkan oleh para salafush sholih sejak zaman dahulu, buktinya
banyak kitab-kitabnya para ‘Ulama’ yang menerangkan seperti syarahnya
kitab Ikhya’ ( karya Imam Ghozali ), Khazinatul -Asror, Inarotud Duja, Syamsul
Ma’arif. Demikian pula asal usulnya orang yang mempunyai resep pun banyak juga,
Adapun yang
kita amalkan dan kita ikuti dari guru kita ialah menurut resepnya Imam Al Ghozali
Ra. Adapun cara membacanya juga bermacam-macam seperti keterangan dari
kitab-kitab tersebut :
1.
Cara Pertama : Setiap ba’da sholat maktubah ( setalah
sholat fardhu lima waktu ) dibaca 20 x 20 x
2.
Cara Kedua : Setelah sholat shubuh 30 x, Dzuhur 25 x
,’Ashar 20 x , Maghrib 15 x dan ‘Isya’ 10 x
3.
Cara Ketiga, Menurut Mbah KH. Achmad Qusyairi Al
Markhum Ijazah dari gurunya dari Imam Ghozali begini : Membaca Fatikhah dengan
Basmalah dan Aminnya, setelah sholat shubuh 21 x , Dzuhur 22 x ,’Ashar 23 x ,
Maghrib 24 x dan ‘Isya’ 10 x ( jumlah 100 x ) lalu setiap selesai membaca
Fatikhah ba’da sholat supaya membaca Du’a-ul fatikhah yang masyhur ciptaan Wali
Qutub Al Khabib ‘Abdulloh Al Khaddad Ra 3 x ,
Maka dari
tiga cara tersebut silahkan mana yang disukai ( yang penting cara membacanya
yang benar / memakai ilmu Tajwid atau lebih jelasnya silahkan belajar Al Qur’an
( terutama Al Fatikhah) kepada guru yang betul-betul mumpuni ).
Resep dari Imam
Ghozali seperti diatas asalnya berupa Syi’iran / Qosidah ‘Arobiyah yang
banyaknya 13 bait yang arti ringkasnya kurang lebih sebagai berikut “Siapa
orangnya yang ingin beruntung, kedatangan maksud tujuannya dan kecukupan
rizqinya maka langgengkanlah membaca Faatikhtal Kitab 100 x setiap ba’da Isya’,
Shubuh, Dzuhur, ‘Ashar dan Maghrib, maka akan lekas tercapai tujuannya, naiknya
pangkat, kemulyaan, kewibawaan, kemudahan dan kegembiraan, hidup ni’mat
sepanjang zaman, aman dari kemelaratan dan kesulitan dari terkena urusan dan
tipu daya jelek, tidak butuh merepotkan orang lain, menjadi periang menghadapi
kesulitan dan bahaya dan mendapat pertolongan sewaktu-waktu membutuhkan”
Amalan wirid
Dzikrul Ghofilin ini pertama dirintis oleh Al Mukarrom KH. Achmad Shiddiq di
daerah sekitar kabupaten Jember jawa Timur dan terus berkembang sampai
sekarang, mulai dari sebelum beliau dijadikan sebagai Rois ‘Am Jam’iyyah
Nahdhotul Ulama’ ( NU ) dan berjalan sampai akhir hayat beliau, Maka kepada
segenap warga NU hendaknya mema’lumi adanya dengan arti tidak menyalahi faham
tentang kegiatan ini dan kelanjutannya. Kemudian di daerah Kediri juga dirintis
oleh Al Mukarrom KH. Khamim Jazuli ( Gus Miek ) dan berkembang sampai sekarang,
Dan lama kemudian oleh beliau diciptakanlah kegiatan umum berupa Istima’ul
Quranil karim yang dimulai tahun 1986 M dengan nama “JANTIKO” berpusat di
Kediri yang kemudian di ganti dengan nama “MANTAB” ( yang berarti orang yang
bertaubat ).
Kegiatan
beribadah tersebut dimaksudkan untuk kegiatannya siapa saja tidak pandang
aliran yang ingin memperbaiki kejelekan pribadinya, bertaubat dan meningkatkan
kepribadiannya masing-masing dengan tekun beribadah kepada ALLOH Swt semata. Alkhamdulillah
kegiatan-kegiatan ini sampai saat ini berkembang dengan baik ke daerah-daerah
tanah Jawa khususnya bahkan sudah sampai ke tanah Sumatra, malaisya dan
Singapura.
Akhirnya
semoga ALLOH Swt berkenan melestarikan dan memberi berkah yang
sebanyak-banyaknya dan memperbaiki serta membangkitkan segenap hamba-hambaNYA, Dan
kita semoga besuk di hari qiyamat dikumpulkan bersama-sama orang-orang agungnya
ALLOH SWT. Amiin Yaa Robbal ‘Alamin. (Dikutip
dari buku MANAQIB 50 Wali Agung)
No comments:
Post a Comment